Mengapa banyak orang ingin hidupnya berubah namun tidak pernah berubah? Mengapa anda ingin hidup anda berubah namun tidak pernah terjadi? Jawabnya sederhana sekali, yaitu karena anda tidak melakukan perubahan. Karena anda sendiri tidak berubah.

Karena anda menunggu perubahan terjadi di luar diri anda. Anda hanya mengharap situasi berubah. Kondisi berubah. Suami/istri anda berubah. Anak anda berubah. Anda mengharapkan segala sesuatu di sekeliling berubah menjadi lebih baik, tetapi sama sekali tidak melakukan usaha apapun mengubah diri anda sendiri. Lucu sebenarnya. Kita mengharapkan hal-hal yang tidak mampu kita kendalikan untuk berubah, dan justru tidak mengubah apa yang bisa kita kendalikan. Diri kita sendiri.

Untuk menikmati hidup yang luar biasa, kita harus membuat terobosan!

Markus 2:22. Tidak seorang pun menuang anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.

Orang Yahudi yang terjebak dengan ritual, tradisi turun temurun, gaya hidup nenek moyang. Ribuan tahun berlalu dan mereka masih hidup dengan cara yang sama. Hasilnya, mereka tidak suka dan tidak siap untuk sebuah perubahan. Mereka terlalu menikmati hidup mereka seperti itu. Mereka terlalu terbiasa dengan kondisi yang seadanya. Kenyamanan itulah yang tidak ingin mereka usik.

Apa yang dipermasalahkan? Murid-murid yang tidak berpuasa. Mengapa tidak seperti murid Yohanes Pembaptis dan murid Farisi yang berpuasa? Mengapa berbeda seperti umumnya orang Yahudi? Tidakkah berpuasa diajarkan dalam hukum taurat Musa? Tidakkah itu merusak kebiasaan dan gaya hidup selama ribuan tahun?

Itulah waktunya Tuhan Yesus menegur mereka. Tuhan menegur kebebalan hati mereka akan perubahan yang terjadi. “Untuk apa berpuasa kepada Tuhan sementara Tuhan ada ditengah-tengah kamu? Kalau sekiranya nanti Aku tidak lagi berada di antara kamu, barulah kamu perlu berpuasa.” (v.19-20).

Tuhan melanjutkan pengajarannya, “Tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.”

Apa artinya anggur baru dalam kantong kulit lama? Orang Yahudi dan Farisi beroleh pengetahuan yang baru dari Tuhan, namun menolaknya sebagai kebenaran. Karena mereka tidak dapat mencocokkannya dengan pikiran mereka yang lama. Karena tidak sesuai dengan pikiran mereka yang lama.

Pemikiran baru + Pola pikir lama = 0. Sia-sia.

Kita harus mampu mengubah pola pikir kita. Orang Farisi yang tidak mau dan tidak mampu mengubah pola pikir mereka terus terjebak dalam kesia-siaan hidup. Terjebak dalam masa lalu yang sama sekali tidak mendatangkan sesuatu yang baik dalam kehidupan mereka.

Kebebalan orang Farisi itulah yang membuat mereka kehilangan berkat terbaik mereka. Kekerasan hati mereka sendirilah yang membuat mereka tidak menerima Tuhan Yesus sebagai Mesias yang telah lama mereka nanti-nantikan. Padahal Juruselamat sudah di depan mata mereka, mereka menolak dia.

Dan hal yang sama terjadi ketika mereka mempertanyakan hal berpuasa pada Tuhan Yesus. Tuhan berkata, buat apa berpuasa jika Tuhan (Aku) sedang berada di tengah-tengah kamu?

Tetapi mereka tidak mengerti. Mereka justru marah karena perbedaan yang Tuhan ajarkan. Mereka menolak perubahan yang sebenarnya adalah kelepasan dan kelegaan buat mereka. Sebenarnya mereka tidak lagi perlu melelahkan badan dan berlapar-lapar dan kehausan berpuasa. Sebenarnya Tuhan Yesus membuka pintu perubahan itu bagi mereka. Tetapi, mereka menolak dia. Menolak perubahan, berkat dan kelegaan yang Tuhan bawa. Betapa bodohnya.

Padahal berkat, kelepasan dan kelegaan sudah didepan mata, tetapi karena mereka tidak mau berubah—mereka kehilangan semua berkat itu.

Apa kantong kulit lama kita? Apa yang perlu kita ubah?

Pola pikir

Dulu ada pepatah bijak berkata, “Banyak anak, banyak rejeki”. Apakah masih ada yang setuju dengan pemikiran ini? Saya kira tidak! Anda yang sudah punya anak, khususnya yang masih usia sekolah, tahu pepatah bijak yang baru, “Banyak anak, …” Apa? Seret rejeki. Banyak hutang. Banyak pusing. Dompet bolong. Dsb.

Dari pengalaman ini, kita tahu bahwa kita yang hidup hari ini tidak dapat hidup dengan pola pikir yang sama dengan orangtua kita, apalagi engkong kita. Ketika kehidupan bergulir, waktu terus berjalan, kita pun harus terus dapat terbuka akan perubahan. Kita harus selalu siap untuk berubah.

Sebagai anak, kata apa yang paling kita tidak sukai dari orangtua kita? Kata yang membuat jidak kita berkerut. Merasa tidak nyaman. Dan, tepatnya, merasa tidak dimengerti. Coba pikir dulu sejenak?

“Dulu…” Ya, kata “dulu”. Setiap kali kata itu diucapkan kita pasti merasa tidak dimengerti. Jawaban klasik kita sebagai anak untuk menjawab adalah… “dulu ya dulu, sekarang ya sekarang… lainlah Ma!”.

Sadarkah anda bahwa di generasi mana pun ketika kata itu dikatakan kepada seorang anak selalu menimbulkan rasa tidak dimengerti. Karena memang jaman selalu berubah. Bukan kita saja yang begitu, papa mama kita juga merasa begitu waktu engkong bilang “dulu”. Engkong dulu juga berontak waktu kakek buyut ngomong “dulu”. _^

Sekali lagi, dari pengalaman ini kita tahu bahwa penting bagi kita untuk terus me-refresh pemikiran-pemikiran kita akan kehidupan. Jangan stagnan. Jangan puas hanya dengan kondisi sekarang. Jangan menjadi orang yang tertutup. Terbukalah untuk perubahan.

Berpikirlah dengan cara berbeda akan kehidupan. Lakukan terobosan dalam pola pikir!

Dulu mungkin anda diam-diam suka berpikir, “Aku memang orang kecil, orang susah.” Mulai saat ini, katakanlah setiap hari dengan keyakinan iman, “Aku diberkati!”

Mari… jangan lagi berpikir dengan cara dulu. Cara lama. Hiduplah setiap hari dengan pikiran yang terbuka dan siap akan perubahan.

Pikiran yang terbuka akan perubahan adalah pintu pertama berkat Tuhan dilimpahkan dalam kehidupan anda.

Gaya hidup (Kebiasaan)

Ilustrasi. (Cari clipnya) Jingle iklan susu bendera, “Berubahlah untuk maju, hingga suatu saat nanti kau kan genggam hari.” Tayangan iklan yang sangat menarik. Memiliki pesan yang sangat baik. Seorang remaja putri yang terlihat hobi menonton televisi, suatu saat memutuskan untuk mematikan televisinya dan mulai membaca. Dia menemukan hal itu ternyata sangat menarik. Seorang pria yang dalam perjalanan ke restoran siap saji, memutuskan untuk mengubah langkahnya ke sebuah gym (tempat fitness). Diakhir tayangan iklan, si remaja putri meraih kegemilangan dalam studi dan sangat bahagia diwisudanya. Dan pria gendut itu dengan penuh kesukacitaan mengakhiri maraton dan sampai di garis finish. Mereka menggapai yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Semua kegemilangan itu terjadi karena mereka mengambil langkah perubahan.

Gaya hidup dan kebiasaan-kebiasaan kita adalah kenyamanan yang menjebak. Mengapa banyak orang tidak dapat maju dalam hidup mereka? Karena terjebak dengan rasa nyaman dalam kondisi yang stabil. Sampai akhirnya mereka memilih status quo. Diam di tempat.

Aku memang orangnya bangun siang kok dari dulu. Nantilah. Besok be. Pacak kageklah itu. Aku dak bisa berhenti merokok. Aku tidak bisa kalau tidak tidur siang. Aku dak bisa berhenti lakukan dosa yang sering aku lakukan.

Aku tidak bisa buka usaha yang lain. Sudah berpuluh tahun Aku tidak bisa ini. Aku tidak bisa itu. Berhenti katakan, “Aku tidak bisa…” Berhenti membuat excuse bagi diri anda sendiri. Dengan berkata aku tidak bisa, itu sama seperti anda sudah mengutuk diri anda sendiri untuk tidak diberkati.

Karena itu… mari berubah. Mari membuat terobosan. Dari gaya hidup yang maunya santai berubah menjadi pribadi yang tekun. Dari suka menunda menjadi berinisiatif cepat. Cara kita berbicara. Cara kita berespon terhadap masalah.

Banyak orang tahu akan hal-hal yang baru. Tahu pentingnya berubah untuk maju. Tetapi, kenyamanan kebiasaan hidup membuat kita enggan melangkah. Itu alasan mengapa hidup kita tidak berubah. Itu alasan mengapa hidup saudara tidak berubah. Karena anda tidak melakukan perubahan. Tidak pernah membuat terobosan.

Orang-orang terkaya, tersukses dan terhebat di dunia adalah mereka memilih melakukan sesuatu yang berbeda dengan orang lain. Mereka yang memutuskan untuk bertindak berbeda. Bersikap berbeda ketika berhadapan dengan kesulitan. Tidak menyerah. Tidak mengenal putus asa.

Beberapa waktu lalu, seorang teman, Adam Sautin, memforward sebuah email yang menarik. Ada sebuah kalimat yang langsung saya tandai dengan “Important!”. Saya langsung save kalimat penting itu di laptop. “To get something you never had, you have to do something you never did.” (Untuk mendapatkan sesuatu yang belum pernah anda miliki, anda harus melakukan sesuatu yang tidak pernah anda lakukan).

Itulah terobosan. Itulah yang perlu kita lakukan. Melakukan sesuatu yang tidak pernah anda lakukan.