Bedah rumah akhir tahun. Rumah nenek Nemah. Sebuah rumah buruk diubah menjadi rumah yang sama sekali baru. Dinding, tembok, partisi, pintu, atap baru. Isi rumah seperti kasur, kompor, televisi baru. Sampai yang paling detil sekalipun berubah total. Air mata tumpah karena rasa haru yang melimpah.

Kita berharap ada momen dimana kehidupan kita berubah total dengan carayang sama.

Pergi keluar rumah sebentar dan pulang menemukan segala sesuatunya sudah berubah menjadi baik. Tutup mata sebentar dan celik dengan hutang yang lunas seketika. Berpuasa sehari dan kesembuhan ajaib datang di waktu pagi. Berdoa sebentar dan semua kepahitan dan luka hilang lenyap.

Tetapi kita tahu hidup tidak berjalan seperti itu. Berapa banyak tahun baru yang telah kita lewati? Berapa banyak harapan dan impian yang pupus di tengah jalan?

Pengalaman telah menolong kita tersadar bahwa sesungguhnya tahun baru tidak mendatangkan apapun yang baru dalam kehidupan kita. Semakin lama semakin sulit hidup terasa dilalui. Langkah kaki pun semakin lama terasa berat menapaki hari-hari di depan.

Semakin tahun semakin banyak saya menemukan orang-orang yang bersikap pesimis dengan masa depan. Semakin banyak yang tidak berani bermimpi lagi untuk perubahan. Semakin banyak yang melangkah begitu saja tanpa arah dan semangat. Terlalu banyak kegagalan dan terlalu banyak impian yang berakhir hanya sebagai mimpi.

Di tahun yang baru kita perlu melangkah mantap untuk menikmati berkat dan pertolongan Tuhan. Namun selalu ada yang membuat langkah kita terasa begitu berat.

Dari masa lalu, kita membawa beban kekecewaan dan kepahitan. Dari hari ini, kita membawa beban keraguan karena tidak melihat sesuatu yang baik terjadi. Dari masa depan, kita membawa beban kekuatiran dan ketakutan.
Tidak heran, langkah kita terasa berat untuk menapaki hari depan.

Di awal tahun ini saya ingin kita menemukan kekuatan kita di dalam Tuhan. Menyiapkan diri untuk yang terbaik dari Tuhan.

Beberapa hari yang lalu, kami mendapat sms dari seorang teman di Jakarta,

“Sikapilah hari kemarin dengan kerelaan, hadapilah hari ini dengan keyakinan, persiapkanlah hari esok dengan keberanian.”

Ini akan menjadi tiga poin yang kita pelajari hari ini.

Sikapilah hari kemarin dengan kerelaan

Flp. 3:13. “Aku melupakan apa yang ada di belakangku… dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku.”

Terlalu banyak beban yang tidak harus kita bawa telah membuat langkah kehidupan kita terasa berat. Sewaktu menapaki sebuah hari yang baru, penting bagi kita untuk berjalan tanpa bawaan. Semakin banyak bawaan, semakin sulit kita melangkah. Membuat kita tidak dapat berlari.

Menapaki tahun yang baru, kita perlu melepaskan masa lalu kita di belakang.
Kita perlu meninggalkan dosa kita. Kepahitan dan kebencian yang berakar. Pengalaman kegagalan di hari kemarin. Pengalaman buruk yang menghantui. Kekecewaan.

Ilustrasi. Setiap pasangan yang melalui sesi konseling pranikah dengan saya tahu apa yang sering saya katakan dalam mempersiapkan pernikahan. Salah satu yang harus dilakukan untuk mendapatkan keluarga yang bahagia adalah melepaskan masa lalu kita di belakang. Melepaskan rasa benci dan dendam kepada orang-orang yang pernah melukai kita. Mengampuni orang tua yang pernah mengecewakan. Sampai titik dimana calon mempelai merasa bebas dari segala kepahitan yang mengikat. Sebaliknya, keinginan mendapatkan suami seperti papa, atau istri yang rajin seperti mama, pun harus ditinggalkan di belakang. Karena yang anda nikahi bukan mama atau papa anda, tetapi pribadi yang berbeda.

Mengapa ini penting? Karena untuk menapaki hari yang baru kita membutuhkan langkah yang ringan.

Hadapilah hari ini dengan keyakinan

Mzm 23:1. “Tuhan adalah gembalaku, aku telah memiliki segala yang kuperlu”. Alkitab versi Todays English Version, “The Lord is my shepherd; I have everything I need.”

Mzm 69:20. “Pujilah Tuhan, sebab Dialah yang menyelamatkan kita. Dari hari ke hari Ia memikul beban kita.”

Tidak sedikit orang kristen yang saya tahu berdoa, “Tuhan, semoga engkau memberkati keluargaku di tahun yang baru.” “Biarlah Tuhan memberkati usahaku hari ini.” “Jika engkau berkenan, Tuhan, pulihkanlah keluargaku minggu ini.” “Mudah-mudahan usaha saya besok diberkati.”

Saya kira seharusnya kita tidak berdoa dengan semoga atau mudah-mudahan. Kita tidak memiliki Tuhan yang sesekali bisa memberkati dan tidak memberkati di lain hari.

Sering saya katakan, di dalam teologi kristen tidak ada kata mudah-mudahan. Tidak ada teologi insya allah. Sebab, Tuhan memberi kepastian. Tuhan memberi kepastian akan kasih sayangnya yang besar. Tuhan memberi kepastian akan jalan keselamatan—di dalam Kristus Yesus. Tuhan memberi jaminan bahwa Ia memperhatikan setiap doa. Tuhan memastikan bahwa berkatNya dicurahkan setiap pagi bagi kita. Karena itu, kita harus melewati setiap hari dengan keyakinan.

Doa kita seharusnya bernada, “Tuhan, aku tahu engkau pasti memberkatiku hari ini.” “Tuhan, aku percaya bahwa sungguh pertolonganMu sedang Engkau kerjakan.” “Tuhan, aku yakin dalam pergumulan seberat ini, kami akan baik-baik saja.” “Tuhan, kami percaya di dalam nama Tuhan Yesus, kami akan membangun gereja yang baru segera.”

Mengapa banyak orang hidup dengan begitu lesu dan kurang bergairah menapaki hidup? Karena memang tidak memiliki keyakinan akan apapun. Namun, kita memiliki Tuhan. Bapa yang kekal. Allah yang mengasihi sempurna. Dia Allah yang tidak pernah gagal. Karena itu, hiduplah dengan keyakinan, dengan iman penuh setiap hari!

Sekalipun anda belum melihat sesuatu yang baik terjadi hari ini, jangan berhenti. Teruslah melangkah dan percayailah Tuhan saja!

Persiapkanlah hari esok dengan keberanian

Hari esok sedikit banyak masih menyimpan misteri. Tidak seorang pun dapat mengatakan apa yang akan terjadi besok. Sepanjang tahun ini saham Bumi Resources bagian dari Bakrie Group sebenarnya dapat dikatakan berkinerja baik. Banyak pialang saham dan analisis pasar modal menganggap ini adalah saham unggulan yang layak diperhatikan. Namun, kejutan terjadi dan apa yang dianggap baik ternyata anjlok begitu cepat.

Banyak orang merasa kuatir dan cemas dengan masa depan. Ini membuat langkah kita berat.

Mario Teguh dalam sebuah seminar motivasi di televisi berkata, “Apa gunanya baju baru, pakaian baru, tahun baru, tanpa hati yang diperbaharui.”